.

Life Taste Like Our Coffee

Life Taste Like Our Coffee
Coffee Break In The Past

Senin, 27 September 2010

ya, hanya pelukan

 ---
Seringkali aq merasa lelah sendiri,
Dengan apa yang aq pikir, 
Dengan apa yang berlarian dalam otak ini,
Dengan hati dan asa yang hanya tinggal segaris. 
Banyak hal yang kadang aq nda bisa mengerti,
 Harus mengungkapkannya seperti apa. 
Bukan, 
Bukan tentang satu hal saja, 
Mungkin ribuan atau entahlah, 
Seperti slide-slide gambar yang terus bergantian. 
Ada ketakutan, kecemasan, kesakitan
Pengharapan dengan segala impian serta angan.
 
Yang q butuh adalah pelukan, 
Ya, hanya pelukan.
--- 

Minggu, 26 September 2010

menyapa MU malam ini


Terbangun di sepertiga malam ada gundah menggelayut di hati
Seperti ingin kutumpahkan tak sanggup aku menahan 
Dengan pikiran yang entah berlari kemana ,tersadar Engkau punya rahasia untukku

Tuhan
Tempat aku berteduh
Di mana aku mengeluh
Dengan segala peluh


Beranjak menuju tempat meneduhkan diri terdengar riuh binatang dimalam hari berbincang,

Anak Nyamuk : “ Bu, pernahkah kau melihat orang itu terbangun di malam buta ini? aku heran selama aku hidup dari aku kecil hingga menjadi nyamuk dewasa aku tak pernah melihat dia terbangun, bahkan ketika aku berlama-lama menghisap darahnya tak sedikitpun ia terbangun
Ibu Nyamuk : “ Kelihatannya Ia sedang ada masalah Nak
Anak Nyamuk : “ Ada masalah? kenapa dia sampai terbangun seperti itu?
Ibu Nyamuk :” Mungkin Ia mau berdoa pada Tuhannya
Anak Nyamuk : “ Hmm…. Berarti selama ini dia tidak punya masalah ya Bu? kan aku tidak pernah melihat dia terbangun
Ibu Nyamuk : “ Sudahlah Nak, biarkan dia mengadu pada Tuhannya, kita berdoa saja untuk kebaikannya 

Tertunduk malu dengan ucapan si Anak Nyamuk, aku tetap berlalu
Kubasuh keringnya raga dengan air ketenangan
Dingin menusuk tulang tapi menghangatkan hati
Ada kesejukan…

Aku berjumpa kecoak di sudut tempat air ketenangan mengalir, terdengar Ia berbisik
 Huh… dasar Manusia, kemana saja selama ini? aku jarang melihat kamu membasuh muka disini, apa terlalu sibuk dengan dunianmu.

Melangkah gontai mendengar ucapan kecoak kecil itu
Menuju tempat menyapa Tuhan,

Ada sajadah panjang terbentang 
Hamba tunduk dan sujud 
Diatas sajadah yang panjang ini 
Diselingi sekedar interupsi


Sebelum aku memulai doa, sang cicak penghuni tetap di tempatku menyapa Tuhan, berbisik
 Hai anak manusia kenapa baru kau tampakkan lagi wajahmu? Engkau pasti ingin bersujud mengadu. Tidakkah kamu malu mengadu hanya jika ada masalah? Semoga Tuhanmu mau mendengar keluhmu"

Aku semakin tertunduk malu 
Ada tetes yang mulai mengalir dari mataku
Aku mulai menyapa Tuhan 
Membenamkan diri berbincang dalam Doa 
Hening....
Saat dingin terus menyusup ada ketenangan di hati
Sujudku membuncahkan airmata
Membebaskan mataku agar tak menahannya membiarkan semuanya terus mengalir
Ada hamparan doa disujud akhirku,

Tuhan,
Saat ini aku seperti tertampar oleh ucapan makhlukmu yang lain, mereka mentertawakanku, memakiku, mencercaku, tapi aku yakin Tuhan Engkau Maha Tahu dari segala apapun di Alam Raya ini. Aku percaya Engkau Maha Pengasih maka aku yakin Engkau akan mendengar keluh kesahku walaupun aku sering lalai dalam perintahMu.

Tuhan,
Aku percaya segala hal yang terjadi adalah jalan yang sudah Engkau catat dalam buku takdir, maka jika saat ini aku mendapat ujianMu aku yakin Engkau akan memberikan terang dalam jalanku kemudian, atau Engkau hanya ingin menyentilku dan bercanda dengan aku yang nakal ini? Aku tetap yakin Engkau akan mengabulkan doaku supaya Kau mudahkan segala jalannya.

Tuhan,
Ribuan lirih dan jutaan airmata memang tak sanggup menebus dosa-dosaku tapi aku yakin Tuhan, Engkau Maha Pengampun maka Engkau akan mengampuni setiap MakhlukMu.
Tuhan,
Engkau agung, indah, melabihi jutaan perasaan yang tidak bisa ku ungkapkan
Ada ketenangan setelah menyapaMu

Tuhan, aku berserah kepadaMu segala hal telah Engkau siapkan yang terbaik untukku. 

Tentangmu, Tentang Rindu


Hati yg disini slalu mengarah kepadamu,
  Seperti alir sungai yg bermuara dilaut,
  Seperti hujan yg jatuhnya selalu menuju bumi,
  Apa yg bisa kulakukan ???
Ketika hati, jiwa, dan pikir ini selalu mengarah padamu.
  Tak ada lagi celah untuk dapat berbagi,
  Tak ada lagi ruang dihati ini untuk yg lain,
  Tentangmu,
 Yg terus menjalar disetiap denyut nadi, jantung dan pikir q.
  Tentangmu,
Dan hanya tentangmu.

  Lelaki q,
  Layaknya embun pagi menyejukan hari indah q,
  Seperti cahaya matahari yg terus menyinari q,
  Kamu yg letakkan kasih dsetiap waktu..
  Kamu sebagai alarm pengingat akal sehat q.
  Lelaki q,
  Aq merindukanmu...

[for papa z]

Dalam Cinta


Dalam cinta,
  Dia nda pernah tertidur meski mata terpejam..
  Dalam cinta,
  Dia nda pernah menghilang meski kadang terabaikan..
  Seulas rasa yang begitu dalam,
  Yang dapat memporak porandakan hati & jiwa,
  Serta membuatnya nda berdaya..
Lalu.. 
Adakah kesalahan pada rasa ini ???
  Sehingga meninggalkan hati untuk dicaci.
  Lalu..
Masih adakah tempat untuk rasa ini ???
  Tanpa harus meninggalkan sakit yang berikutnya..

Senin, 20 September 2010

air mata kesendirian


Lima tahun yang lalu, kecelakaan telah merenggut orang yang kukasihi, sering aku bertanya-tanya, bagaimana keadaan istri saya sekarang di alam surgawi, baik-baik sajakah? Dia pasti sangat sedih karena sudah meninggalkan sorang suami yang tidak mampu mengurus rumah dan seorang anak yang masih begitu kecil.
Begitulah yang kurasakan, karena selama ini saya merasa bahwa saya telah gagal, tidak bisa memenuhi kebutuhan jasmani dan rohani anak saya, dan gagal untuk menjadi ayah dan ibu untuk anak saya.

Pada suatu hari, ada urusan penting di tempat kerja, aku harus segera berangkat ke kantor, anak saya masih tertidur. Ohhh... aku harus menyediakan makan untuknya. Karena masih ada sisa nasi, jadi aku menggoreng telur untuk dia makan. Setelah memberitahu anak saya yang masih mengantuk, kemudian aku bergegas berangkat ke tempat kerja. Peran ganda yang kujalani, membuat energiku benar-benar terkuras. Suatu hari ketika aku pulang kerja aku merasa sangat lelah, setelah bekerja sepanjang hari. Hanya sekilas aku memeluk dan mencium anakku, saya langsung masuk ke kamar tidur, dan melewatkan makan malam. Namun, ketika aku merebahkan badan ke tempat tidur dengan maksud untuk tidur sejenak menghilangkan kepenatan, tiba-tiba saya merasa ada sesuatu yang pecah dan tumpah seperti cairan hangat! Aku membuka selimut dan..... di sanalah sumber 'masalah'nya ... sebuah mangkuk yang pecah dengan mie instan yang berantakan di seprai dan selimut!

Ya Alloh..! Aku begitu marah, aku mengambil gantungan pakaian, dan langsung menghujani anak saya yang sedang gembira bermain dengan mainannya, dengan pukulan-pukulan! Dia hanya menangis, sedikitpun tidak meminta belas kasihan, dia hanya memberi penjelasan singkat:

"Ayah, tadi aku merasa lapar dan tidak ada lagi sisa nasi. Tapi ayah belum pulang, jadi aku ingin memasak mie instan. Aku ingat, ayah pernah mengatakan untuk tidak menyentuh atau menggunakan kompor gas tanpa ada orang dewasa di sekitar, maka aku menyalakan mesin air minum ini dan menggunakan air panas untuk memasak mie. Satu untuk ayah dan yang satu lagi untuk saya ... Karena aku takut mie'nya akan menjadi dingin, jadi aku menyimpannya di bawah selimut supaya tetap hangat sampai ayah pulang. Tapi aku lupa untuk mengingatkan ayah karena aku sedang bermain dengan mainan saya ... Saya minta maaf Ayah ... "

Seketika, air mata mulai mengalir di pipiku ... tetapi, saya tidak ingin anak saya melihat ayahnya menangis maka aku berlari ke kamar mandi dan menangis dengan menyalakan shower di kamar mandi untuk menutupi suara tangis saya. Setelah beberapa lama, aku hampiri anak saya, memeluknya dengan erat dan memberikan obat kepadanya atas luka bekas pukulan dipantatnya, lalu aku membujuknya untuk tidur. Kemudian aku membersihkan kotoran tumpahan mie di tempat tidur. Ketika semuanya sudah selesai dan lewat tengah malam, aku melewati kamar anakku, dan melihat anakku masih menangis, bukan karena rasa sakit di pantatnya, tapi karena dia sedang melihat foto ibu yang dikasihinya.

Satu tahun berlalu sejak kejadian itu, saya mencoba, dalam periode ini, untuk memusatkan perhatian dengan memberinya kasih sayang seorang ayah dan juga kasih sayang seorang ibu, serta memperhatikan semua kebutuhannya. Tanpa terasa, anakku sudah berumur tujuh tahun, dan akan lulus dari Taman Kanak-kanak. Untungnya, insiden yang terjadi tidak meninggalkan kenangan buruk di masa kecilnya dan dia sudah tumbuh dewasa dengan bahagia.
Namun... belum lama, aku sudah memukul anakku lagi, saya benar-benar menyesal.... Guru Taman Kanak-kanaknya memanggilku dan memberitahukan bahwa anak saya absen dari sekolah. Aku pulang kerumah lebih awal dari kantor, aku berharap dia bisa menjelaskan. Tapi ia tidak ada dirumah, aku pergi mencari di sekitar rumah kami, memangil-manggil namanya dan akhirnya menemukan dirinya di sebuah toko alat tulis, sedang bermain komputer game dengan gembira. Aku marah, membawanya pulang dan menghujaninya dengan pukulan-pukulan.

Dia diam saja lalu mengatakan, "Aku minta maaf, Ayah". Selang beberapa lama aku selidiki, ternyata ia absen dari acara "pertunjukan bakat" yang diadakan oleh sekolah, karena yg diundang adalah siswa dengan ibunya. Dan itulah alasan ketidakhadirannya karena ia tidak punya ibu..... Beberapa hari setelah penghukuman dengan pukulan rotan, anakku pulang ke rumah memberitahu saya, bahwa disekolahnya mulai diajarkan cara membaca dan menulis. Sejak saat itu, anakku lebih banyak mengurung diri di kamarnya untuk berlatih menulis, yang saya yakin, jika istri saya masih ada dan melihatnya ia akan merasa bangga, tentu saja dia membuat saya bangga juga!

Waktu berlalu dengan begitu cepat, satu tahun telah lewat. Saat ini musim dingin,dan hari raya idul fitri pun telah tiba. tapi astagfirulloh, anakku membuat masalah lagi. Ketika aku sedang menyelasaikan pekerjaan di hari-hari terakhir kerja, tiba-tiba kantor pos menelpon. Karena pengiriman surat sedang mengalami puncaknya, tukang pos juga sedang sibuk-sibuknya, suasana hati mereka pun jadi kurang bagus. Mereka menelpon saya dengan marah-marah, untuk memberitahu bahwa anak saya telah mengirim beberapa surat tanpa alamat. Walaupun saya sudah berjanji untuk tidak pernah memukul anak saya lagi, tetapi saya tidak bias menahan diri untuk tidak memukulnya lagi, karena saya merasa bahwa anak ini sudah benar-benar keterlaluan. Tapi sekali lagi, seperti sebelumnya, dia meminta maaf : "Maaf, Ayah". Tidak ada tambahan satu kata pun untuk menjelaskan alasannya melakukan itu.

Setelah itu saya pergi ke kantor pos untuk mengambil surat-surat tanpa alamat tersebut lalu pulang. Sesampai di rumah, dengan marah saya mendorong anak saya ke sudut mempertanyakan kepadanya, perbuatan konyol apalagi ini? Apa yang ada dikepalanya? Jawabannya, di tengah isak-tangisnya, adalah : "Surat-surat itu untuk ibu.....". Tiba-tiba mataku berkaca-kaca. .... tapi aku mencoba mengendalikan emosi dan terus bertanya kepadanya: "Tapi kenapa kamu memposkan begitu banyak surat-surat, pada waktu yg sama?" Jawaban anakku itu : "Aku telah menulis surat buat ibu untuk waktu yang lama, tapi setiap kali aku mau menjangkau kotak pos itu, terlalu tinggi bagiku, sehingga aku tidak dapat memposkan surat-suratku. Tapi baru-baru ini, ketika aku kembali ke kotak pos, aku bisa mencapai kotak itu dan aku mengirimkannya sekaligus". Setelah mendengar penjelasannya ini, aku kehilangan kata-kata, aku bingung, tidak tahu apa yang harus aku lakukan, dan apa yang harus aku katakana .... Aku bilang pada anakku, "Nak, ibu sudah berada di surga, jadi untuk selanjutnya, jika kamu hendak menuliskan sesuatu untuk ibu, cukup dengan membakar surat tersebut maka surat akan sampai kepada ibu". Setelah mendengar hal ini, anakku jadi lebih tenang, dan segera setelah itu, ia bisa tidur dengan nyenyak. Saya berjanji akan membakar surat-surat atas namanya, jadi saya membawa surat-surat tersebut ke luar, tapi.... saya jadi penasaran untuk tidak membuka surat tersebut sebelum mereka berubah menjadi abu.

Dan salah satu dari isi surat-suratnya membuat hati saya hancur......

'Ibu sayang', Saya sangat merindukanmu! Hari ini, ada sebuah acara 'Pertunjukan Bakat' di sekolah, dan mengundang semua ibu untuk hadir di pertunjukan tersebut. Tapi kamu tidak ada, jadi saya tidak ingin menghadirinya juga. Aku tidak memberitahu ayah tentang hal ini karena aku takut ayah akan mulai menangis dan merindukanmu lagi. Saat itu untuk menyembunyikan kesedihan, aku duduk di depan komputer dan mulai bermain game di salah satu toko. Ayah keliling-keliling mencari saya, setelah menemukanku ayah marah, dan aku hanya bisa diam, ayah memukul aku, tetapi aku tidak menceritakan alasan yang sebenarnya. Ibu, setiap hari saya melihat ayah merindukanmu, setiap kali dia teringat padamu, ia begitu sedih dan sering bersembunyi dan menangis di kamarnya. Saya pikir kita berdua amat sangat merindukanmu. Terlalu berat untuk kita berdua, saya rasa. Tapi ibu, aku mulai melupakan wajahmu. Bisakah ibu muncul dalam mimpiku sehingga saya dapat melihat wajahmu dan ingat ibu? Temanku bilang jika kau tertidur dengan foto orang yang kamu rindukan, maka kamu akan melihat orang tersebut dalam mimpimu. Tapi ibu, mengapa engkau tak pernah muncul?

Setelah membaca surat itu, tangisku tidak bisa berhenti karena saya tidak pernah bisa menggantikan kesenjangan yang tak dapat digantikan semenjak ditinggalkan oleh istri saya ....

Untuk para suami, yang telah dianugerahi seorang istri yang baik, Untuk para istri, yang telah dianugerahi seorang suami yang baik atau untuk calon ibu atau bapak, yang penuh kasih sayang terhadap anak-anaknya selalu berterima-kasihlah setiap hari padanya. Dia telah rela menghabiskan sisa umurnya untuk menemani hidupmu, membantumu, mendukungmu, memanjakanmu, membimbingmu dan selalu setia menunggumu, menjaga dan menyayangi dirimu dan anak-anakmu. Hargailah keberadaannya, kasihilah dan cintailah dia sepanjang hidupmu dengan segala kekurangan dan kelebihannya, karena apabila engkau telah kehilangan dia, tidak ada emas permata, intan berlian yg bisa menggantikan posisinya.

Our Baby Givaldi